A.Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil. Model pembelajaran ini merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut model perseptual.
Teori ini, berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, referensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Jika pada teori behaviorisme belajar dianggap sebagai kegiatan yang bersifat mekanisme antara stimulus dan respon sebaliknya, pembelajaran kognitif lebih memandang kegiatan belajar sebagai kegiatan yang melibatkan mental yang ada dalam diri individu yang sedang belajar bukan sekedar stimulus dan respon. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental.
    1.Tokoh-tokoh
      a.Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.
Guru  hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah: Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
      b.Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.

Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning).

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran :
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam benaknya

      c.Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
       1)Memperhatikan stimulus yang diberikan
       2)Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

     2.Kelebihan dan kelemahan teori kognitivisme
      a.Kelebihannya: menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
      b.Kekurangannya: teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

   B.Teori Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt cenderung mementingkan keseluruhan dibandingkan dengan bagian-bagiannya. Menurut teori ini dalam belajar yang paling penting adalah dipahami atau dimengertinya apa yang dipelajari oleh individu yang sedang belajar.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
(Slameto, 2012: 9) Prinsip belajar menurut teori Gestalt.
     1.Belajar berdasarkan keseluruhan
Seseorang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
     2.Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
     3.Siswa sebagai organisme keseluruhan
Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern guru di samping mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
     4.Terjadi transfer
Belajar pada pokok yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh respon yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
     5.Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi Antara seseorang dengan lingkungannya. Anak kena api, kejadian ini menjdai pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi atau soal baru. Dalam menghadapi itu ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki. Siswa mengadakan analisis reorganisasi pengalamannya.
     6.Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mna seseorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dlam unsur yang mengandung suatu problem.
     7.Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, siswa diajak membicarakan tentang pryek atau unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.
     8.Belajar berlangsung terus menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah, dalam pergaulan; memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.

   C.Teori Pemerosesan Informasi
Teori pemerosesan informasi adalah teori pembelajaran kognitif yang menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan dalam pikiran seseorang. Belajar dihasilkan ketika informasi disimpan dalam memori yang terorganisasi dan materi yang dipelajari bermakna. Teori ini menekankan pada apakah siswa mengetahui dan bagaimana mereka mencapai suatu pengetahuan. Pencapaian pengetahuan adalah sebuah aktivitas mental melalui coding dan strukturing oleh siswa.

Informasi yang akan diingat harus terlebih dahulu menjangkau INDRA seseorang. Kemudian diberi PERHATIAN dan dipindahkan dari rekaman INDRA ke DAYA INGAT KERJA, kemudian diolah sekali lagi untuk dipindahkan ke DAYA INGAT JANGKA PANJANG.
     1.Rekaman indra
?Rekaman indra: daya ingat dimana informasi diterima dan dipertahankan dalam waktu yang sangat singkat.
?Informasi yang diterima oleh indra tetapi tidak diberikan perhatian akan dilupakan dengan cepat.
?Persepsi: ketika informasi diterima, informasi diolah oleh pikiran sesuai dengan pengalaman dan keadaan mental kita.
?Lupa: ketidak mampuan untuk mendapatkan kembali informasi yang disimpan dalam memori.
     2.Daya ingat kerja atau jangka pendek
?Short-term memory: sistem penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas selama beberapa detik.
?Tempat penyimpanan informasi yang saat ini sedang kita pikirkan.
?Tempat pikiran mengolah informasi, mengorganisasikannya untuk disimpan atau dibuang dan menghubungkannya dengan informasi lain (Daya Ingat Kerja).
?Kapasitasnya 5 hingga 9 potong informasi (dalam setiap potong dapat berisi banyak informasi).
?Sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, makin banyak mengetahui tentang sesuatu, maka makin sanggup menyerap informasi baru.
?Pengulangan: proses pemanggilan kembali informasi untuk menempatkannya dalam daya ingat kerja.
     3.Daya ingat jangka panjang
?Daya ingat jangka panjang: sistem daya ingat yang menjadi tempat penyimpanan informasi dalam jumlah besar dalam kurun waktu yang lama.
      a.Daya ingat episodik: menyimpan citra pengalaman pribadi.
      b.Daya ingat semantik/deklaratif: menyimpan fakta dan pengetahuan umum.
      c.Daya ingat prosedural: menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
?Skemata: jaringan gagasan-gagasan yang terkait yang menuntun pemahaman dan tindakan.
?Teori tingkat pengolahan: pelajar hanya akan mengingat hal-hal yang mereka olah.

   D.Prinsip-prinsip Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. Teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan pemecahan masalah yang kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas. (Mujtahidin, 2013: 42) prinsip-prinsip belajar teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.
     1.Skema: artinya pembelajaran dibangun dari jaringan atau hirarki skemata agar pengetahuan menjadi bermakna.
     2.Pembelajaran bermakna: artinya mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dipelajari sebelumnya, informasi tidak dipelajari dengan hafalan.
     3.Metakognisi: artinya memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dengan memikirkan, mengendalikan, dan dengan efektif menggunakan proses pemikiran mereka sendiri.
     4.Mengorganisasikan informasi yang bermakna dengan beberapa strategi: membuat catatan, menggarisbawahi, meringkas, menulis untuk belajar, membuat garis besar, dan memetakan menggunakan metode PQ4R.
     5.Strategi pembelajaran dengan membuat: apersepsi, analogi, elaborasi informasi, membuat skema, bertanya, dan model koseptual.
Dalam penerapan teori belajar kognitif, kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar amat diperhitungkan agar aktivitas belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Berikut penerapan prinsip-prinsip belajar kognitivisme dalam pembelajaran.
     1.Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu sampai mencapai kematangan kognitif seperti orang dewasa.
     2.Pembelajaran perlu dirancang agar sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.
     3.Agar proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi, siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam proses belajar.
     4.Pengalaman atau informasi baru perlu dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa untuk menarik minat.
     5.Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.
     6.Perbedaan individual antarsiswa perlu diperhatikan dalam rangka mencapai keberhasilan belajar.

   E.Implikasi Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran SD
Implikasi teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran adalah dengan memberikan kebasan dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar, supaya proses belajar tersebut menjadi lebih bermakna bagi siswa. Berikut beberapa implikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran.
     1.Memperhatikan bahwa cara berfikir siswa (anak) berbeda dengan orang dewasa. Sehingga dalam mengajar dengan menggunakan media hendaknya yang sesuai dengan cara berfikir anak.
     2.Bahan atau materi yang harus dipelajari siswa hendaknya tidak asing atau sesuai dengan pengatahuan awal siswa.
     3.Memberikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
     4.Mengupayakan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran agar proses belajar menjadi lebih bermakna.
     5.Dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada belajar memahami materi pelajaran dari pada sekedar belajar menghafal.
     6.Memperhatikan adanya perbedaan individu pada siswa, karena faktor tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

   F.Peran Guru/Pendidik Menurut Teori Kognitivisme
Peranan guru atau pendidik menurut teori kognitivisme ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
     1.Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator, guru berperan dalam membangkitkan motivasi belajar siswa dan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
     2.Guru hendaknya berusaha bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
     3.Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik.
     4.Membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru, menggnakan diagram atau garis untuk menunjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang dimiliki.
     5.Mengutamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan dengan mengajarkan perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimiliki.