A. Pengertian Teori Feminisme
Feminisme adalah gerakan yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi serta usahanya untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut.
Tujuan feminisme meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Cara tersebut adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga.
Feminisme berbeda dengan emansipasi. Emansipasi merupakan gerakan yang muncul setelah adanya feminisme.sedangkan feminisme merupakan paham atau pemikiran tentang perjuangan persamaan hak untuk wanita.
Dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisis kepada wanita. Kritik sastra feminis bukan berarti pengeritik wanita, atau kritik tentang wanita, atau kritik tentang pengarang wanita. Arti sederhana yang dikandung adalah pengeritik memandang sastra dengan kesadaran khusus; kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan. Membaca sebagai wanita berarti membaca dengan kesadaran membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang androsentris atau patrialkal, yang sampai sekarang masih menguasai penulisan dan pembacaan sastra. Perbedaan jenis kelamin pada diri penyair, pembaca, unsur karya dan faktor luar itulah yang mempengaruhi situasi sistem komunikasi sastra. . Dalam menganalisis karya sastra dalam kajian feminisme yang difokuskan adalah:
1. kedudukan dan peran tokoh perempuan dalam sastra,
2. ketertinggalan kaum perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan aktivitas kemasyarakatan,
3. memperhatikan faktor pembaca sastra, bagaimana tanggapan pembaca terhadap emansipasi wanita dalam sastra..
Kolodny menjelaskan beberapa tujuan dari kritik sastra feminis yaitu:
1. dengan kritik sastra feminis kita mampu menafsirkan kembali serta menilai kembali seluruh karya sastra yang dihasilkan di abad silam;
2. membantu kita memahami, menafsirkan, serta menilai cerita-cerita rekaan penulis perempuan.
Kuiper juga mengungkapkan tujuan penelitian feminis sastra sebagai berikut:
1. Untuk mengkritik karya sastra kanon dan untuk menyoroti hal-hal yang bersifat standar yang  didasarkan pada patriakhar;
2. Untuk menampilkan teks-teks yang diremehkan yang dibuat perempuan;
3. Untuk mengokohkan gynocritic, yaitu studi teks-teks yang dipusatkan pada perempuan, dan untuk mengokohkan kanon perempuan;
4. Untuk mengeksplorasi konstruksi kultural dari gender dan identitas.
Sasaran  penting  dalam analisis feminisme sastra sedapat mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengungkap karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citrawanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya partikal harus terungkap secara jelas dalam analisis.
2. Mengungkap tekanan pada tokoh wanita dalam karya sastra yang ditulis oleh pengarang pria.
3. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, bagaimana mereka memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata..
4. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatif kaumfeminis. Apakah penulis wanita akan memiliki kekhasan dalam gaya dan ekspresi atau tidak.
5. Mengungkap aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun pengarang, lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih sayang dan sebagainya.
Selden menggolongkan lima fokus sasaran pengkajian sastra feminis:
1. Biologi, yang sering menempatkan perempuan lebih inferior, lembut, lemah, dan rendah;
2. Pengalaman, sering kali wanita dipandang hanya memiliki pengalaman terbatas,masalah menstruasi, melahirkan, menyusui dan seterusnya;
3. Wacana, biasanya wanita lebih rendah penguasaan bahasa sedangkan laki-lakimemilki “tuntutan kuat”. Akibat dari semua ini akan menimbulkan stereotip yangnegatif pada diri wanita, wanita sekedar kanca wingking
4. Proses ketidaksadaran, secara diam-diam penulis feminis telah meruntuhkanotoritas laki-laki. Seksualitas wanita besifat revolusioner, subversif, beragam, danterbuka. Namun demikian, hal ini masih kurang disadari oleh laki-laki.
5. Pengarang feminis biasanya sering menghadirkan tuntutan sosial dan ekonomi yang berbeda dengan laki-laki.
B. Beberapa Tokoh Penggerak Feminisme
“Orpheus adalah penyanyi, penyair, tokoh dalam mitologi Yunani yang dibunuh oleh wanita yang marah”. Bahaya wanita berpose untuk seniman laki-laki tampaknya, telah dialami oleh seniman masa silam ini, selain kelemahlembutan yang berada dalam energi tubuh dan ekses emosional seorang perempuan juga terdapat kemarahan yang dapat berbahaya bagi manusia.

Sedikit kutipan sejarah tersebut telah menjadi inspirasi bagi beberapa tokoh feminisme. Dalam perspektif para pemikir feminisme ekstrim misalnya beranggapan Sebagai konsekuensi dari tindakan margiinal yang dirasakan kaum perempuan, bahwa perempuan perlu membentuk sebuah dunia yang terpisah di luar budaya yang didominasi oleh kaum laki-laki.

Beberapa tokoh yang berperan penting dalam gerakan feminisme atau penggerak lahirnya paham feminisme, diantaranya adalah :
1. Simone De Beauvoir
Simone De Beauvoir meletakkan dengan sangat jelas masalah dasar feminisme. Bila seorang perempuan mencoba membatasi dirinya sendiri, maka dia akan mulai dengan berkata “Saya adalah Seorang Perempuan”. Tidak ada laki-laki yang melakukan hal seperti itu, kenyataan ini membuat ketidak sejajaran antara “maskulin dan feminis”.
2. Luce Irigaray
Luce Irigaray memiliki pandangan tentang teori pengetahuan, bahwa subjek dari pengetahuan selalu menitikberatkan pada kaum laki-laki dan selalu dibeda-bedakan dengan kaum perempuan.
3. Helena cixous
Helena cixous adalah seorang novelis, sekaligus kritikus feminis. Menurut Helena cixous yang menjadi pusat perhatiannya adalah: (a) hegemoni oposisi biner dalam kebudayaan barat, dan (b) praktik penulisan feminis yang dikaitkan dengan tubuh.
Oposisi biner yang dimaksud adalah salah satu faktor yang dipandang lebih penting dan lebih utama di bandingkan dengan sesuatu yang lain.
4. Donna J. Haraway
Donna J. Haraway memiliki panadangan yang berbeda dengan kritikus feminisme  yang lain, Donna J. Haraway lebih mengutamakan pemanfaatan teknologi modern.
5. Goefe
Feminisme menurut Goefe  adalah teori tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di segala bidang. Suatu kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Hal ini disebabkan perempuan selalu mengalami ketimpangan gender selama ini. Feminisme berupaya menggali identitas perempuan yang selama ini tertutupi hegemoni patriarkat. Identitas diperlukan sebagai dasar pergerakan memperjuangkan kesamaan hak dan membongkar akar dari segala ketertindasan perempuan. Tujuan feminis adalah mengakhiri dominasi laki-laki dengan cara menghancurkan struktur budaya, segala hukum dan aturan-aturan yang menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak tampak dan tidak berharga. Hal ini diterima perempuan sebagai marginalisasi, subordinasi, stereotipe, dan kekerasan.
6. Fakih
Menurut Fakih feminisme berangkat dari asumsi bahwa perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi. Feminisme merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem yang dahulu tidak adil menuju ke sistem yang lebih adil bagi kedua jenis kelamin. Hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial. Puncak cita-cita feminis adalah menciptakan sebuah tatanan baru yang lebih baik dan lebih adil untuk laki-laki dan perempuan.
7. Menurut Eisenstein
Menurut Eisenstein ketidakadilan yang dialami perempuan bukan karena perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, tetapi lebih karena penilaian dan anggapan. Ketidakadilan terhadap perempuan terjadi karena konstruksi sosial di masyarakat. Sebagai sebuah konstruksi, sistem itu bisa dibongkar dengan cara merumuskan nilai-nilai yang mengatur kedudukan pada satu gender yang berlaku untuk setiap jenis kelamin. Lebih utamanya adalah membangun suatu budaya perempuan dan laki-laki , dalam arti sebuah budaya yang sama-sama menghargai kedua jenis kelamin. Penghargaan terhadap kedua jenis kelamin tersebut belum ada, dan mau tidak mau harus dilakukan untuk mewujudkannya.
C. Sejarah Teori Feminisme
Awal 1960-an dan 1970-an merupakan tonggak berdirinya gerakan feminis. Gerakan ini muncul di Amerika sebagai bagian dari kultur radikal, termasuk hak-hak sipil dan kebebasan seksual. Kata feminist itu berasal dari bahasa Perancis dan pertama kali muncul pada  awal abad ke-19. Kata ini muncul dalambahasa Inggris untuk menyebut perempuan yang berjuang untuk mendapatkan hak pilih.
Feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut.
Secara umum, feminisme adalah ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya.
Dari sejarah, femisme awalnya lahir akibat rasa frustasi dan dendam terhadap sejarah barat yang dianggap tidak memihak kaum perempuan. Dalam masyarakat feodalisme (eropa hingga abad ke 18), dominasi filsafat dan teologi gereja yang cenderung syarat dengan pelecehan feminitas. Secara struktur dan cultural telah menempatkan perempuan pada posisi yang sangat rendah, sumber godaan dan kejahatan, tak memiliki hak dan terpinggirkan (Asmaeny Azis, 2007: 63).
Awal kemunculan paham kritik sastra feminisme terjadi pertama kali di belahan Barat. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi sehingga paham feminisme dikembangkan dan pada akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Yang pertama kali dimunculkan bukanlah kritik sastra feminis akan tetapi paham feminis yang masih bersifat umum.

Beberapa aspek yang menyebabkan lahirnya paham feminisme pertama kali antara lain: Aspek Politik, Aspek Agama, Aspek Ekonomi dan Aspek tentang konsep Sosialisme.

Pertama, Aspek Politik. Pada saat memproklamasikan kemerdekaan Amerika pada tahun 1776, ada beberapa bagian penting dalam deklarasi kemerdekan tersebut salah satu deklarasi yang menyebabkan kecemburuan sosial kaum perempuan yang menyebabkan kemunculan paham feminis adalah deklarasi yang berisi “All man are created equal” (Semua Laki-laki Diciptakan Sama) tanpa sedikitpun menyinggung tentang perempuan.

Hasil dari ketidak puasan kaum perempuan dari deklarasi yang “menguntungkan” kaum pria tahun 1776 telah melahirkan tokoh-tokoh feminis kritis yang menggagas tengtang persamaan, sehingga pada tahun 1848 dalam konvensi di Seneca Falls para tokoh feminis memproklamirkan gagasan/ide lain tentang deklarasi kemerdekaan yang berisi “All Man and Women are Created Equal” (semua laki-laki dan perempuan diciptakan sama).

Kedua, Aspek Agama. Dominasi Gereja yang mendudukkan kaum perempuan pada posisi “tertindas” baik dari agama Protestan maupun Katolik sama-sama memojokkan posisi perempuan yakni menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dari kaum laki-laki. Dalam ajaran Martin Luther dan John Calvin perempuan dan laki-laki dapat berhubungan langsung dengan Tuhan. Namun, untuk yang lebih spesifik perempuan tidak boleh bepergian, perempuan harus tetap tinggal di rumah dan mengatur rumahtangga. Dengan kata lain perempuan hanya layak berada pada wilayah domestik saja sedangkan selebihnya akan menjadi urusan laki-laki.

Sedangkan “hujatan” yang sangat “memilukan” bagi kaum perempuan lahir dari anggapan gereja Katolik yang yang memiliki asumsi bahwa perempuan adalah makhluk yang kotor dan keberadaannya adalah sebagai wakil Iblis. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi yang dialami penduduk Prancis sebelum terjadi revolusi kebudayaan, yang pada saat itu otoriter gereja sangat berperan penting dan para petinggi gereja seperti Tuhan yang bisa memfonis keputusan seperti mengampuni dosa atau yang biasa disebut indulgencia (Surat Pengampunan Dosa).

Ketiga, Aspek Ekonomi. Menurut teori feminis subordinasi perempuan berasal dari masyarakat primitif, yang kedudukannya lebih rendah dari pada laki-laki, anggapan yang berkembang pada saat itu adalah bahwa perempuan lebih layak untuk hidup miskin dan laki-laki lebih layak untuk menjadi kaya. Isu ini dapat dilihat dari perkembangan patriarkat, sebagai pembacaan awal untuk melihat kedudukan seorang perempuan dalam keluarga.
Keempat, Aspek Teori Sosialisme. Landasan pemikiran ini berawal dari pemikiran Karl Marx yang mencoba menghapus kelas-kelas sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berangkat dari teorinya yang mengungkap tentang fase-fase perkembangan masyarakat. Beranjak dari pemikiran Federick Engels yang mengemukakan bahwa “Within The Family he is the bourgeois and the wife represents the proletariat” (dalam keluarga dia (Suami) adalah kaum Borjuis dan istri mewakili kaum proletar). Dalam perspektif kaum feminis Amerika bahwa dalam masyarakat kapitalis antara kaum perempuan dan kaum laki-laki tidak bisa dibandingkan karena kaum laki-laki golongan yang terhormat sedangkan dalam kaum perempuan adalah golongan yang tertindas.
Selain yang telah di uraikan di atas, beberapa faktor pemicu lahirnya paham feminis dalam bidang kritik sastra adalah :
1. Berkembangnya teknik konspirasi, yang memungkinkan perempuan melepaskan diri dari kekuasaan laki-laki.
2. Radikalisasi politik, khusunya sebagai akibat perang Vietnam.
3. Lahirnya gerakan pembebasan dari ikatan-ikatan tradisional, misalnya, ikatan gereja,
ikatan kulit hitam Amerika, ikatan mahasiswa, dan sebagainya.
4. Sekularisai, menurunnya wibawa agama dalam segala bidang kehidupan.
5. Perkembangan pendidikan yang secara khusus di nikmati oleh perempuan.
6. Reaksi terhadap pendekatan sastra yang mengasingkan karya dari struktur sosial, seperti, struktur baru dan strukturalisme.
7. Ketidakpuasan terhadap teori dan praktik ideologi marxismeortodoks, tidak terbatas sebagai marxis Sovyet atau Cina, tetapi marxxis di dunia barat secara keseluruhan.
Dari beberapa aspek pemicu lahirnya gerakan feminis ini, maka pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an menjadi pembacaan ulang bagi tokoh gerakan feminis Prancis yang bernama Luce Irigaray yang mendorong berkembangnya feminisme.