Sejarah Perkembangan IPS di Dunia
Pertama kali Social Studies dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Alasan dimasukkannya Social Studies (IPS) ke dalam kurikulum sekolah karena berbagai akibat industrialisasi di berbagai negara di belahan dunia juga terjadi, di antaranya perubahan perilaku manusia akibat berbagai kemajuan dan ketercukupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong industrialisasi telah menjadikan bangsa semakin maju dan modern, tetapi juga menimbulkan dampak perilaku sosial yang kompleks. Para ahli ilmu sosial dan pendidikan mengantisipasi berbagai kemungkinan negatif yang mungkin timbul di masyarakat akibat dampak kemajuan tersebut. Sehingga untuk mengatasi berbagai masalah sosial di lingkungan masyarakat tidak hanya dibutuhkan kemajuan ilmu dan pengetahuan secara disipliner, tetapi juga dapat dilakukan melalui pendekatan program pendidikan formal di tingkat sekolah.
Program pendidikan antar disiplin (interdiscipline) di tingkat sekolah merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih efektif dalam rangka membentuk perilaku sosial siswa ke arah yang diharapkan. Bahkan program pendidikan ini di samping sebagai bentuk internalisasi dan transformasi pengetahuan juga dapat digunakan sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan dan problematika yang makin komplek di masa datang.
Di Amerika Serikat pada tahun 1916 dengan tujuan untuk menyatukan warga Amerika Serikat dikarenakan muncul konflik antara Amerika bagian Utara dan Selatan. Masalah yang muncul di Amerika bagian utara dan selatan mengakibatkan  perang Civil yang di dalamnya mempermasalahkan ras dan status sosial, dimana posisi ras berkulit hitam dianggap budak oleh ras kulit putih namun dalam kenyataannya ras kulit hitam lah yang dapat menumbuhkan ekonomi di negara bagian tersebut. Lalu para sarjana disana mendirikan sebuah lembaga yang diberinama NCSS (the national council for the social studies). Didirikannya lembaga tersebut bertujuan juga untuk memberikan pendidikan good citizenship dikarenakan orang-orang Amerika kurang memiliki jiwa nasioanlis atau cinta tanah air.
Sejarah perkembangan IPS di Indonesia
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, diantaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multicultural) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya di pandang perlu memasukkan program  pendidikan sebagai propaganda dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah.
Ada pula buku yang mengatakan bahwa latar belakang diberikannya Ilmu Sosial Dasar di mulai banyaknya kritik-kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan di perguruan tingi oleh sejumlah cendekiawan terutama sarjana pendidikan, sosial, dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan yang tengah berlangsung saat ini, berbau colonial dan masih merupakan warisan system pendidikan pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dari “Politik Balas Budi” (Etische Politiek) yang dianjurkan oleh Conrad The Odore Van Deventer, bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, pedangang, teknik, dan keahlian lain dalam tujuan eksploitasi kekayaan negara.
Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo, Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai, yaitu:
  1. Pengetahuan Sosial
  2. Studi Sosial
  3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahaan di Indonesia pada tahun1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmidalam kurikulum 1975 program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke dalam mata pelajaran IPS.Upaya memasukkan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasa dan keterampilan jasmani, moral,, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
           Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang memiliki komitmen terhadap Social Studies atau pendidikan IPS sebagai program pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu sosial ke dalam kurikulum sekilah lebih jelas lagi. Namun karena tidak mungkin semua disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulumilmu sosial itu disajikan secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (Social Studies). Jadi untuk program pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai diajarkan.